Search This Blog

Sunday, August 25, 2019

Makhluk Paling Hina

Di sebuah pondok pesantren, terdapat seorang santri yang tengah menuntut ilmu pada seorang Kyai. Sudah bertahun-tahun lamanya si santri belajar. Hingga tibalah saat dimana dia akan diperbolehkan pulang untuk mengabdi kepada masyarakat.

Sebelum Santri pulang, Kyai memberikan sebuah ujian padanya. Pak Kyai berkata pada santrinya.

"Sebelum kamu pulang, dalam tiga hari ini, aku ingin meminta kamu mencarikan seorang ataupun makhluk yang lebih hina dan buruk dari kamu." ujar sang Kyai.

"Tiga hari itu terlalu lama Kyai, hari ini saya bisa menemukan banyak orang atau makhluk yang lebih buruk daripada saya.” jawab Santri penuh percaya diri.

Sang Kyai tersenyum seraya mempersilakan muridnya membawa seseorang ataupun makhluk itu kehadapannya. Santri keluar dari ruangan Kyai dengan semangat, karena menganggap begitu mudah ujian itu.

Hari itu juga si Santri berjalan menyusuri jalanan. Ditengah jalan, dia menemukan seorang pemabuk berat. Menurut pemilik warung yang dijumpainya, orang tersebut selalu mabuk-mabukan setiap hari. Pikiran si Santri sedikit tenang. Dalam hatinya dia berkata.,

“Pasti dia orang yang lebih buruk dariku. Setiap hari dia habiskan hanya untuk mabuk-mabukan, sementara aku selalu rajin beribadah.”

Namun dalam perjalanan pulang si Santri kembali berpikir.

"Sepertinya si pemabuk itu belum tentu lebih buruk dariku. Sekarang dia mabuk-mabukan, tapi siapa yang tahu di akhir hayatnya Allah justru mendatangkan hidayah hingga dia bisa khusnul khotimah? Sedangkan aku yang sekarang rajin ibadah, kalau diakhir hayatku Allah justru menghendaki suúl khotimah, bagaimana? Berarti pemabuk itu belum tentu lebih jelek dariku,” ujarnya bimbang.

Santri itu pun kemudian kembali melanjutkan perjalanannya mencari orang atau makhluk yang lebih buruk darinya.

Di tengah perjalanan, dia menemukan seekor anjing yang menjijikkan. Karena selain bulunya kusut dan bau, anjing tersebut juga menderita kudisan.

“Akhirnya ketemu juga makhluk yang lebih jelek dari aku. Anjing ini tidak hanya haram, tapi juga kudisan dan menjijikkan” teriak Santri dengan girang.

Dengan menggunakan karung beras, si Santri kemudian membungkus anjing tersebut untuk dibawa ke Pesantren. Namun ditengah jalan, tiba-tiba dia kembali berpikir,

“Anjing ini memang buruk rupa dan kudisan. Namun benarkah dia lebih buruk dari aku? Oh tidak, kalau anjing ini meninggal, maka dia tidak akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dilakukannya di dunia. Sedangkan aku harus mempertanggungjawabkan semua perbuatan selama di dunia dan bisa jadi aku akan masuk ke neraka."

Akhirnya si santri menyadari bahwa dirinya belum tentu lebih baik dari anjing tersebut.

Hari semakin sore. Si Santri masih mencoba kembali mencari orang atau makluk yang lebih jelek darinya. Namun hingga malam tiba, dia tak jua menemukannya.. Lama sekali dia berpikir, hingga akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke pesantren dan menemui sang Kyai.

"Bagaimana anakku, apakah kamu sudah menemukannya?" tanya sang Kyai.

"Sudah, Kyai," jawabnya seraya tertunduk.

"Ternyata diantara orang atau makluk yang menurut saya sangat buruk, saya tetap paling buruk dari mereka," ujarnya perlahan.

Mendengar jawaban sang murid, Kyai tersenyum lega,

"Alhamdulillah.. kamu dinyatakan lulus dari pondok pesantren ini, anakku," ujar Kyai terharu.

Kemudian Kyai berkata,

"Selama kita hidup di dunia, jangan pernah bersikap sombong dan merasa lebih baik atau mulia dari orang ataupun makhluk lain. Kita tidak pernah tahu, bagaimana akhir hidup yang akan kita jalani. Bisa jadi sekarang kita baik dan mulia, tapi diakhir hayat justru menjadi makhluk yang seburuk-buruknya. Bisa jadi pula sekarang kita beriman, tapi di akhir hayat, setan berhasil memalingkan wajah kita hingga melupakanNya,"

Rasulullah SAW bersabda,

"Tidak akan masuk ke dalam surga orang yang dihatinya ada kesombongan meskipun sebesar biji sawi. (HR. Muslim nomor 91).

Semoga sedikit ilmu yang di titipkan Allah SWT di hati kita tidak menjadikan kita sombong dalam segala urusan. Kisah hikmah ini boleh dibagikan (di share) di Facebook masing-masing, agar teman-teman kita di Facebook juga bisa membacanya. Sehingga dengan begitu kisah hikmah ini bisa lebih bermanfaat untuk orang banyak.

Semoga di sisa umur yang Allah berikan, kita dapat mempergunakannya sebaik-baiknya untuk memperbanyak amal saleh dan bukan hanya disibukkan dengan urusan duniawi belaka. Dan semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat. Aamiin ya Rabbal 'alamin... Khairun naas yanfaun linnas..

#mutiara_qolbu

Thursday, August 22, 2019

Guru Kita, Selamanya Akan Menjadi Guru Kita

"Kita ini beruntung.. " kata Habib Umar al-Muthohhar waktu itu. "Guru-guru kita tidak memberikan kita ujian yg berat seperti ujian yg diberikan ulama' - ulama' terdahulu, karena mereka tahu hati kita lemah, iman kita lemah tidak seperti santri-santri zaman dahulu.. "

Beliau lalu menceritakan kisah Habib Ali Bin Abdullah Assegaf ketika 'jauh-jauh' datang dari Hadhramaut ke Malibar India untuk berguru kepada Habib Ali Bin Abdullah Alaydrus.

Sesampainya ia di depan rumah gurunya dan mengucapkan salam, Sang guru yg waktu itu sedang makan dilantai dua menyuruh Khodamnya melihat siapa yg ada didepan pintu.
"Seorang pencari ilmu dari Seiwun-Hadhramaut Habib, namanya Ali Assegaf " Jawab Khodamnya.

Mendengar itu Habib Ali Alaydrus mengambil air bekas cuci tangannya dan memberikannya kepada khodamnya. "Ambil air ini.. Dan siramkan kepadanya.. "
Dengan segera si khodam mengambil air kobokan itu dan menyiramkannya ke tubuh Habib Ali Assegaf dari lantai dua..
"Mbyuurrr... "

Setengah jam kemudian Habib Ali Alaydrus memanggil khodamnya lagi.
"Coba lihat.. Apakah orang itu masih ada dibawah.. ". Khodamnya melihat kebawah dan ternyata pemuda itu masih berdiri mematung di depan pintu. Malahan ia masih menunduk penuh ta'dzhim.

"Masih Ya Habib.. Dia masih ada di bawah.. " jawab khodamnya
"Sekarang.. Bukakan pintu untuknya.." Ujar Habib Ali Alaydrus.

Berkat ketulusan dan keteguhannya itu, kelak Habib Ali Assegaf menjadi salah satu murid kesayangan Habib Ali Alyadrus. Sebagian ulama terdahulu memang mempunyai cara tersendiri dalam menguji keteguhan dan ketulusan santri-santrinya.

Tentunya cara-cara 'aneh' yang mereka tempuh dalam mendidik tak lepas dari maksud dan tujuan yg mulia, yg sering kali tak bisa kita ketahui dengan pemahaman dan cara berpikir kita.

Syaikhona KH. Kholil bin Abdul Lathif Bangkalan merupakan salah satu dari ulama yg mendidik murid-muridnya dengan cara-cara unik itu.
Dulu ia mempunyai santri asal Magelang, Manab namanya.

Selama liburan - karena termasuk dari golongan yg tak mampu dan tak pernah mendapat kiriman dari orang tuanya - ia bekerja di sawah sekitar pesantren untuk mengumpulkan beberapa ikat padi yg akan ia gunakan sebagai 'sangu' selama mengaji kepada Syaikhona Kholil.

Sesampainya di Demangan, kebetulan Syaikhona Kholil waktu itu sedang duduk di luar rumahnya, melihat santrinya datang membawa dua karung beras, beliau berkata :
"Kebetulan ayam-ayamku masih belum makan.."

Manab lekas memahami keinginan Kiyainya, tanpa menunggu lama ia menaburkan beras dua karung itu di kandang ayam-ayam Syaikhona Kholil. Hasil jerih payahnya berbulan-bulan ludes pada waktu itu juga. Sebagai ganti beras itu, Syaikhona Kholil menyuruhnya untuk mengumpulkan daun mengkudu sebagai makanan sehari-harinya.

Santri bernama Manab itu menjadi ulama besar di zamannya, mendirikan pesantren yg memiliki ribuan santri hingga saat ini, ia yg kelak lebih dikenal dengan KH. Abdul Karim, pendiri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.

Lain lagi dengan yg dialami oleh santri bernama Muhammadun.
Sehari sebelum santri asal Lasem itu datang ke Bangkalan, Syaikhona Kholil menyuruh murid-muridnya untuk membuat 'kurungan' ayam.

Keesokan harinya Syaikhona Kholil menyambut kedatangan Muhammadun lalu memerintahkannya untuk menjebloskan diri ke dalam kurung ayam itu. Sam'an wa tho'atan ia laksanakan perintah sang guru tanpa protes sedikitpun.

Dan ialah yg menjadi salah satu Jago tanah Jawa, menjadi Kiyai Alim nan Kharismatik yg dikenal dengan Mbah Kiyai Maksum Lasem.

Santri asal Tambak Beras Jombang bernama Abdul Wahhab malah memiliki pengalaman yg seru dan menegangkan. Ketika baru sampai di gerbang pondok Syaikhona Kholil, ia disambut oleh Puluhan Santri yg membawa clurit dan pedang dan hendak menyerangnya.

Tentu saja ia lari terbirit2. Ternyata Syaikhona Kholil sudah mewanti-wanti para muridnya untuk bersiaga di hari itu, kata beliau akan ada 'Macan' yg hendak memasuki area pondok. Dan sialnya, Santri baru bernama Abdul Wahhab itu yg Syaikhona Kholil tuduh sebagai 'Macan' hingga ia menjadi target serbuan para santri.

Keesokan harinya ia kembali lagi, masih juga disambut dengan clurit dan pedang. Ia belum menyerah, ia mencoba lagi di malam ketiga, dan dimalam itu ia berhasil memasuki area ponpes. Karena kelelahan ia tertidur di Musholla Pesantren, Syaikhona Kholil lalu datang dan membangunkannya.

Di malam itu ia resmi diterima menjadi Santri Kiyai Kholil. Di masa depan, ialah yg akan menjadi Macan NU. Pengasuh Pesantren Tambak Beras yg kita kenal sebagai Kiyai Wahhab Hasbullah.

Dawuh al-Imam al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, " Orang Yang mencari ilmu itu," Ibarat orang yg membawa wadah untuk meminta madu. Jika ia membawa wadah yg kotor, apakah sang pemilik madu akan menuangkan madunya untuknya.. ? Tentunya ia akan menyuruhnya untuk membersihkan wadahnya terlebih dahulu.. "

Na'am, ilmu itu layaknya madu, sedangkan Hati kita adalah wadah untuk 'menampaninya' (menerimanya). Semakin besar rasa ta'dzhim dan keyakinan kita terhadap guru kita, semakin besar pula wadah yg kita miliki.

Dan tentunya 'barokah' yg kita dapatkan akan lebih banyak dan melimpah. Seringkali para Ulama mengulang-ulangi ucapan ini :
"Al Madad 'Ala Qadril Masyhad"
Pemberian dan pertolongan Allah - yg akan kita peroleh lewat guru kita - itu tergantung rasa ta'dzhim, keyakinan dan cara pandang kita terhadapnya..

Semoga, sampai kapanpun kita tetap bisa menjaga adab dan ta'zhim terhadap para guru kita, para ulama kita, selalu mendapat keridhoan mereka bukan malah menjadi orang yg tak tahu adab dan balas budi, bagaikan kacang yg melupakan kulitnya, karena sejatinya tidak ada guru yg mantan.

- Santri -

Thursday, August 15, 2019

Info Ilmu

Khusnul = dihinakan
Husnul  =  dimuliakan

CARA MENULIS YG BENAR IAITU :
⭐ AAMIIN
⭐ IN SYAA ALLAH
⭐ HUSNUL KHOTIMAH

★ Dalam bahasa Arab ada 4 kata amin yg berbeza makna :

- Amin    = Aman
- Aamin  = Meminta       
              perlindungan
- Amiin   = Jujur
- Aamiin = Ya Allah,
  kabulkanlah do'a kami

★ Kita seharusnya tidak menulis :
Insya Allah = Menciptakan Allah (naudzubillah ..)

Tapi pastikan kita menulis :
In Syaa Allah  = dengan izin Allah

★ Assalamualaikum, jgn disingkat, kerana ;

1. As = Orang bodoh ;
              keledai
2. Ass  = Pantat
3. Askum = Celakalah kamu
4. Assamu     = Racun
5. Samlekum = Matilah kamu
6. Mikum = dari bahasa Ibrani, Mari Bercinta.

1⃣ Salam pendek : "Assalamualaikum".
- Dengan 10 kebaikan.

2⃣ Salam sedang : "Assalamualaikum warahmatullah".
- Dengan 20 kebaikan.

3⃣ Salam panjang : "Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh".
- Dengan 30 kebaikan
  sempurna.

Jangan tulis
KHUSNUL KHOTIMAH
(mati dlm keadaan dihinakan.)

*Yang benar
HUSNUL KHOTIMAH
(mati dlm keadaan baik)

SHARE JIKA INGIN YANG LAIN DAPAT MANFAAT.

‎ﻣَﻦْ ﺩَﻝَّ ﻋَﻠَﻰ ﺧَﻴْﺮٍ ﻓَﻠَﻪُ ﻣِﺜْﻞُ ﺃَﺟْﺮِ ﻓَﺎﻋِﻠِﻪِ

Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala seperti org yg melakukannya.
(HR. Muslim 3509.) Semoga bermanfaat

Istighfar

Imam Ahmad bin Hambal Rahimakumullah (murid Imam Syafi'i) dikenal juga sebagai Imam Hambali. Di masa akhir hidupnya beliau bercerita;
Suatu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tau kenapa ingin sekali menuju satu kota di Iraq. Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada keperluan.
Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita;
Begitu tiba di sana waktu Isya', saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat.
Begitu selesai solat dan jamaah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba penjaga masjid datang menemui Imam Ahmad sambil bertanya; "Kenapa kamu di sini, syaikh?."
Penjelasan
Kata "syaikh" boleh digunakan untuk 3 panggilan:
1⃣untuk orang tua,
2⃣orang kaya atau pun
3⃣orang yg berilmu.
Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena penjaga tu memanggil hanya sebagai orang tua.
Penjaga masjid itu tidak tau yang lelaki itu adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan dirinya. Di Iraq, semua orang kenal siapa Imam Ahmad, seorang ulama besar & ahli hadits, sejuta hadits dihafalnya, sangat shalih & zuhud. Zaman itu tidak ada kamera / gambar sehingga orang tidak tau wajahnya, cuma namanya sudah terkenal.
Imam Ahmad menjawab, "Saya ingin istirahat, saya musafir."
Kata penjaga tu, "Tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid."
Imam Ahmad bercerita,
"Saya diusir oleh orang itu, disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, dikuncinya pintu masjid. Lalu saya ingin tidur di birai masjid."
Ketika sudah berbaring di birai masjid Penjaganya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. "Kamu nak apa lagi syaikh?". Kata penjaga itu.
Sy nak tidur, saya musafir", kata Imam Ahmad.
Lalu penjaga masjid berkata;
"Di dalam masjid tidak boleh, di birai masjid juga gak boleh." Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita, "Saya diusir sampai jalanan."
Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat & menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adunan, sambil melihat kejadian imam Ahmad diusir oleh penjaga masjid tadi.
Ketika Imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh; "Mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meski pun kecil."
Kata Imam Ahmad, "Baik". Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk di belakang penjual roti yg sedang membuat roti (dengan tetap tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).
Penjual roti ini punya perilaku baik dan memuliakan tetamu. Kalau Imam Ahmad mengajak bersembang, pasti dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adunan roti sambil (terus-menerus) melafazkan ISTIGHFAR. "Astaghfirullah"
Saat meletakkan garam, astaghfirullah, memecah telur, astaghfirullah , mencampur gandum astaghfirullah. Dia senantiasa mengucapkan istighfar. Sebuah kebiasaan mulia. Imam Ahmad terus memerhatiknnya.
Lalu imam Ahmad bertanya, "Sudah berapa lama kamu lakukan ini?"
Orang itu menjawab;
"Sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan."
Imam Ahmad bertanya;
"Apa hasil dari perbuatan mu ini?"
Orang itu menjawab;
"(lantaran wasilah istighfar) Tidak ada hajat / keinginan yg saya minta, kecuali PASTI dikabulkan Allah. Semua yg saya minta ya Allah... pasti saya akan dapat"
Rasulullah
صلى الله عليه وسلم
pernah bersabda;
"Siapa yg menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rezeki dari jalan yg tidak disangka-sangkanya."
Lalu orang itu melanjutkan, "Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yg belum Allah beri."
Imam Ahmad penasaran lantas bertanya;
"Apa itu?"
Kata orang itu;
"Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad."
Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir, "Allahu Akbar..!
Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan - sampai diusir oleh penjaga masjid - Sampai ke jalanan, ternyata karena ISTIGHFAR MU."
Penjual roti itu terperanjat, memuji Allah, ternyata yg di depannya adalah Imam Ahmad.
Ia pun langsung memeluk & mencium tangan Imam Ahmad.
(SUMBER: Kitab Manakib Imam Ahmad)
Wallahu a'lam
Saudara ku dan Sahabat ku tercinta... Mulai detik ini - marilah senantiasa kita hiasi lisan kita dengan ISTIGHFAR - bila mana dan di mana pun kita berada.
Jangan biarkan posting ini terputus,
..dan JANGAN SAMPAI ilmu yang SANGAT PENTING ini TIDAK DIAMALKAN OLEH MASING-MASING DIRI KITA...
Semoga Allah merahmati kita semua, Aamiin...

Tuesday, August 13, 2019

Kebijaksanaan Lukman Al Hakim

Satu-satunya manusia yang bukan nabi, bukan pula rasul, tapi kisah hidupnya diabadikan dalam Qur'an adalah Lukman Al Hakim. Kenapa, tak lain, karena hidupnya penuh hikmah. Suatu hari ia pernah menasehati anaknya tentang hakikat hidup.

"Anakku, jika makanan telah memenuhi perutmu, maka akan matilah pikiran dan kebijaksanaanmu. Semua anggota badanmu akan malas untuk melakukan ibadah, dan hilang pulalah ketulusan dan kebersihan hati. Padahal hanya dengan hati bersih manusia bisa menikmati lezatnya berdzikir."

"Anakku, kalau sejak kecil engkau rajin belajar dan menuntut ilmu. Dewasa kelak engkau akan memetik buahnya dan menikmatinya."

"Anakku, ikutlah engkau pada orang-orang yang sedang menggotong jenazah, jangan kau ikut orang-orang yang hendak pergi ke pesta pernikahan. Karena jenazah akan mengingatkan engkau pada kehidupan yang akan datang. Sedangkan pesta pernikahan akan membangkitkan nafsu duniamu."

"Anakku, aku sudah pernah memikul batu-batu besar, aku juga sudah mengangkat besi-besi berat. Tapi tidak pernah kurasakan sesuatu yang lebih berat daripada tangan yang buruk perangainya."

"Anakku, aku sudah merasakan semua benda yang pahit. Tapi tidak pernah kurasakan yang lebih pahit dari kemiskinan dan kehinaan."

"Anakku, aku sudah mengalami penderitaan dan bermacam kesusahan. Tetapi aku belum pernah merasakan penderitaan yang lebih susah daripada menanggung hutang."

"Anakku, sepanjang hidupku aku berpegang pada delapan wasiat para nabi. Kalimat itu adalah:
1. Jika kau beribadah pada Allah, jagalah pikiranmu baik-baik.
2. Jika kau berada di rumah orang lain, maka jagalah pandanganmu.
3. Jika kau berada di tengah-tengah majelis, jagalah lidahmu.
4. Jika kau hadir dalam jamuan makan, jagalah perangaimu.
5. Ingatlah Allah selalu.
6. Ingatlah maut yang akan menjemputmu
7. Lupakan budi baik yang kau kerjakan pada orang lain.
8. Lupakan semua kesalahan orang lain terhadapmu.